Hari Kurang Tidur Sedunia

Adam A. Abednego
1 min readNov 22, 2020

--

Photo by Alex Iby on Unsplash

Hari-hari melumat bersih tubuhku. Aku bangun pukul 02:17 sore, setelah menunda alarm lebih banyak daripada sekelompok muda-mudi yang mondar-mandir menginjak jam-jam sahur. Kau masih menagih air mata yang tertinggal di bantal, mimpi semalam belum lunas.

Aku bergegas menuju kamar mandi, menguduskan diri dari sebuah firman yang kubaca semalam: “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring.” Rupanya agama tidak mampu menyelamatkan jika dipeluk dengan keraguan.

Kedua kakiku berubah menjadi badai setiap kali aku mengikat tali sepatu dan melangkah ke luar. Selain cuaca, suasana hati juga ternyata sulit ditebak. Kurir paket meramal aku akan terjaga sampai matahari kembali mendapat giliran jaga.

Di jalanan, orang-orang menatap tajam, sebab curiga masih senantiasa kupelihara. Aku membalas dengan senyum dan memakai kesombongan sebagai tameng dari kesedihan yang berkembang biak di kepala. Aku lupa memberinya makan, hari ini mereka puasa lagi.

Pukul 06:39 pagi. Aku akan tidur lebih cepat hari ini.

--

--