meromantisasi hidup yang begitu-begitu saja
kau memeluk kopi sachet setiap pagi & menganggap itu hal paling romantis untuk bertahan hidup. angkutan umum yang penuh sesak jadi cerita meet cute, meski kau tau tak ada yang benar-benar puitis dari bau keringat bercampur asap kendaraan. di perjalanan pulang pergi, kau berlatih menunduk & tersenyum & memupuk janji-janji palsu penguasa yang tumbuh di trotoar retak.
kota ini tak pernah berjanji lebih ramah dari ayahmu. ia akan membiarkanmu mengisinya dengan keluh & air mata di tengah bising klakson, seperti erat peluk sepasang di atas motor — meski keduanya tau esok pagi cinta mereka akan diuji oleh saldo rekening. namun keunggulanmu adalah menenun kisah dari hal-hal kecil: kau percaya hujan adalah berkah walau jelas-jelas membuatmu terlambat & menulis caption panjang sebagai upaya memberi makna pada tempat yang terlalu sering melupakanmu.
kau tau hidup hanya sepetak ruang sempit di antara tembok kota & batas laut yang semakin tinggi. berapa kali kau ingin kabur dari kota ini & berjanji hidup melambat di daerah yang kau lihat di internet — tetapi kau tetap tak bisa pergi, sebab sejak kecil cinta yang kau kenal selalu menyakiti.